Evaluasi Proses Warga Negara Brasil di Gunung Rinjani Jadi Fokus DPR RI
Kandangan – Evaluasi Warga Terjadinya tragedi terhadap seorang pendaki asal Brasil yang jatuh di jalur menuju puncak Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi perhatian besar baik dari masyarakat maupun pemerintah Indonesia. Sebagai langkah responsif terhadap kejadian tersebut, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad telah memerintahkan komisi terkait di DPR untuk segera menggelar rapat evaluasi. Rapat ini bertujuan untuk menilai kinerja dan proses pengungkapan yang dilakukan oleh tim gabungan, serta memberikan masukan konstruktif kepada pemerintah guna mencegah kejadian serupa di masa depan.
Sorotan Terhadap Proses Evakuasi yang Lambat

Proses evakuasi yang melibatkan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) bersama tim gabungan ini menuai banyak kritik. Prosesnya dianggap terlalu lambat, meskipun tim evakuasi menghadapi tantangan besar, seperti cuaca buruk dan medan yang sangat ekstrem. Hal ini menjadi sorotan utama, terutama setelah hasil evakuasi yang ditemukan setelah pendaki Juliana De Souza Pereira Marins (27) terjatuh di Cemara Nunggal, Gunung Rinjani.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Juliana, pendaki asal Brasil yang sedang menantang jalur pendakian Gunung Rinjani, ditemukan tak bernyawa di kedalaman 600 meter setelah jatuh. Proses panggilan yang memakan waktu lama menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kesiapan tim SAR dalam menghadapi situasi darurat seperti ini, terutama di medan yang cukup menantang.
Rapat Evaluasi Akan Digelar oleh Komisi DPR
Menyanggapi hal tersebut, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, memerintahkan agar salah satu komisi DPR mengadakan rapat evaluasi terkait proses evakuasi ini. Rapat evaluasi ini tidak hanya bertujuan untuk menilai pelaksanaan evakuasi, tetapi juga untuk memberikan masukan yang dapat memperbaiki prosedur evakuasi di masa depan, khususnya di daerah-daerah dengan medan ekstrem seperti Gunung Rinjani.
“Kami sudah menyampaikan kepada komisi terkait untuk melakukan kunjungan atau evaluasi dan memberikan masukan kepada pemerintah tentang hal yang terjadi di Rinjani,” ujar Dasco dalam keterangan di Gedung DPR RI, Kamis (26/6/2025). Sayangnya, ia belum menyebutkan secara spesifik komisi mana yang akan memimpin rapat evaluasi dan kapan tepatnya rapat tersebut akan dilaksanakan.
Proses Evakuasi dan Kendala Medan Ekstrem
Kepala Basarnas, Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, memberikan penjelasan terkait upaya tim evakuasi. Tim gabungan penyelamat berhasil mencapai kedalaman 400 meter pada Selasa, 24 Juni 2025, sekitar pukul 16.52 Wita. Namun, yang mengejutkan adalah setelah pencapaian tersebut, salah satu anggota tim Basarnas, Hafid Hasadi, berhasil menjangkau korban di kedalaman 600 meter, yang jauh lebih dalam dari perkiraan sebelumnya.
Syafii menjelaskan, “Yang kita sebut datum poin di mana sebelumnya kita memperkirakan korban ada di kedalaman posisi 400 meter, dan ternyata setelah kita bisa menjangkau korban, ternyata ada pergeseran turun ke bawah lagi di kedalaman 600 meter.” Setelah memeriksa korban, petugas tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.
Tantangan Evakuasi di Medan Ekstrem
Adian Napitupulu, anggota Komisi V DPR RI, menyoroti beberapa aspek dalam proses evakuasi ini yang harus diperjelas dan dipahami lebih dalam. Harus bisa, kan enggak boleh terulang yang kayak begitu. Banyak yang harus kita dalami ya. Bagaimana sih medannya, katanya medannya sangat buruk dan sebagainya,” ungkap Adian ketika ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (25/6/2025).
Menurut Adian, selain faktor cuaca, medan yang berat menjadi salah satu faktor utama mengapa evakuasi memakan waktu lebih lama. Hal ini juga perlu dievaluasi lebih lanjut oleh pihak terkait, seperti Basarnas dan pemerintah daerah setempat, untuk memastikan bahwa sistem evakuasi dapat lebih optimal di masa depan, terutama di daerah rawan atau sulit dijangkau.
Tindak Lanjut dan Harapan
Dengan adanya evaluasi ini, diharapkan proses evakuasi korban di masa depan dapat ditingkatkan dan meminimalkan keterlambatan yang dapat berakibat fatal. DPR RI berharap bahwa rapat evaluasi ini dapat menjadi wadah untuk menemukan solusi konkret dalam menangani kejadian-kejadian serupa, yang tidak hanya melibatkan wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati keindahan alamnya.
Selain itu, diharapkan juga adanya peninjauan kembali terhadap kesiapan tim SAR di seluruh Indonesia, serta peningkatan koordinasi antara Basarnas, pemerintah daerah, dan instansi terkait lainnya. Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, kecelakaan serupa dapat diminimalkan dan proses evakuasi dapat dilakukan lebih cepat dan efisien