
Isu Ijazah Presiden Jokowi Pakar Telematika Roy Suryo Klaim 99,9% Palsu
Pakar telematika yang juga dikenal sebagai mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, baru-baru ini membuat pernyataan kontroversial terkait ijazah Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Dalam konferensi pers yang digelar di lobi Bareskrim Polri, Roy mengklaim bahwa ijazah Jokowi yang beredar di publik memiliki kemungkinan 99,9% palsu. Pernyataan ini semakin memanaskan diskursus publik mengenai keabsahan dokumen pendidikan Jokowi, yang seringkali menjadi bahan perdebatan.
Metode Analisis Error Level Analysis (ELA)
Roy Suryo tidak hanya mengungkapkan klaim tersebut tanpa bukti yang mendukung. Dia menjelaskan bahwa kesimpulan itu dicapai setelah ia melakukan analisis terhadap dua dokumen ijazah yang didapatkannya secara digital. Ijazah pertama yang dia analisis adalah ijazah yang diunggah oleh Politikus PSI, Dian Sandi. Ijazah ini diklaim asli oleh Dian Sandi dan sempat beredar di media sosial. Sementara itu, ijazah kedua adalah fotokopi ijazah Jokowi yang dipamerkan dalam konferensi pers oleh Bareskrim Polri pada 22 Mei 2025.
Melalui metode error level analysis (ELA), Roy menganalisis kedua ijazah tersebut. ELA adalah teknik digital yang digunakan untuk mendeteksi adanya manipulasi atau perubahan pada gambar. Hasil analisis menunjukkan bahwa ijazah yang diklaim milik Jokowi ini tidak sesuai dengan standar gambar asli yang seharusnya dikeluarkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), tempat Jokowi diketahui menempuh pendidikan.
“Kenapa saya bisa mengatakan 99,9 persen palsu? Itu nanti akan ada historisnya,” jelas Roy, sambil menunjukkan hasil analisisnya. Dia menambahkan, jika analisis ini dilakukan pada ijazahnya sendiri sebagai pembanding, hasilnya jelas berbeda. “Kalaupun ELA itu full, itu masih akan tetap kelihatan ijazahnya. Lihat, teman-teman bisa lihat. Ini masih ada bekas-bekasnya. Tulisan-tulisannya masih ada. Logonya pun juga masih ada,” lanjut Roy, sambil memperlihatkan hasil analisis ijazah miliknya sendiri yang terdeteksi asli.
Kesalahan pada Logo dan Foto
Salah satu temuan mencolok yang disebutkan oleh Roy adalah hilangnya logo pada ijazah Jokowi yang dianalisis. Menurut Roy, bagian logo pada ijazah tersebut sudah hilang dan menunjukkan tanda-tanda rekayasa. “Logonya tidak kelihatan lagi. Pas fotonya juga tidak kelihatan lagi,” kata Roy, mengungkapkan adanya kemungkinan manipulasi pada dokumen tersebut.
Lebih lanjut, Roy juga memanfaatkan teknologi pengenalan wajah (Face Recognition) untuk menganalisis kecocokan foto pada ijazah Jokowi dengan foto Presiden yang ada saat ini. Hasilnya, dia mengklaim bahwa foto Jokowi yang ada di ijazah tidak cocok atau “not match” dengan foto asli Jokowi saat ini.
“Foto Joko Widodo yang ada di ijazah kemudian yang ada sekarang adalah not match. Tidak sama foto di ijazah. Tidak sama dengan aslinya sekarang,” ujar Roy, semakin mempertegas klaimnya mengenai keaslian ijazah tersebut.
Tanggapan Dari Pihak Terkait
Pernyataan Roy Suryo ini tentu memicu reaksi dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang mendukung Presiden Jokowi menyatakan bahwa klaim tersebut tidak berdasar dan berpotensi untuk memecah belah masyarakat. Sementara itu, Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) yang turut hadir dalam konferensi pers menyatakan akan menyajikan sejumlah analisis lebih lanjut untuk memperkuat atau membantah klaim tersebut.
Tentu saja, kasus seperti ini bukanlah hal baru dalam dunia politik Indonesia. Isu mengenai keabsahan ijazah pejabat publik sudah sering muncul, bahkan beberapa kali menjadi bahan perdebatan sengit di ruang publik. Namun, dengan adanya teknologi analisis digital yang semakin canggih, klaim semacam ini semakin sulit untuk dibantah.
Kesimpulan dan Implikasi
Pernyataan Roy Suryo membuka kembali diskusi tentang transparansi dan keaslian dokumen yang dimiliki oleh para pejabat tinggi negara, termasuk Presiden Jokowi. Meskipun klaim ini masih memerlukan bukti lebih lanjut dan tanggapan resmi dari pihak-pihak terkait, publik tentu menantikan klarifikasi lebih lanjut mengenai keabsahan ijazah Presiden ke-7 RI tersebut.
Baca Juga : Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Maaf kepada Kepala BGN terkait Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Jika benar ada manipulasi atau pemalsuan dokumen, hal ini tentu akan menjadi masalah besar bagi integritas pemerintah dan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan negara. Namun, jika klaim tersebut terbukti tidak berdasar, maka isu ini akan menjadi bagian dari dinamika politik yang sengaja dimunculkan untuk menciptakan kegaduhan. Bagi Roy Suryo, ini adalah langkah awal untuk membuka jalan lebih lanjut dalam mengungkap fakta-fakta yang ada.
Sebagai masyarakat yang cerdas, kita tentu harus menunggu bukti dan proses hukum yang akan memastikan apakah ijazah yang dimiliki Jokowi benar atau tidak, serta dampaknya bagi kredibilitas pemerintahan Indonesia.
