Sungai Bersih, Laut Terjaga: Surabaya Jadi Percontohan Internasional Penanganan Sampah Plastik
Surabaya kembali menunjukkan peran strategisnya dalam pembangunan berkelanjutan. Kali ini, kota pahlawan ini dipilih sebagai lokasi utama untuk proyek penanganan sampah plastik di sungai, hasil kerja sama antara United Nations Development Program (UNDP) Indonesia dan perusahaan berbasis di Abu Dhabi, Clean Rivers Ltd .
Program yang diluncurkan awal tahun 2025 ini bukan sekadar proyek biasa. Ia adalah bagian dari kolaborasi besar antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) , dengan tujuan mulia: menghentikan kebocoran sampah plastik dari sungai ke laut —sebuah masalah serius yang mengancam ekosistem udara dan kehidupan laut di Indonesia.
Kolaborasi Lintas Negara, Lintas Sektor
Tim dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dipimpin oleh Asisten Deputi Ekonomi Sirkular dan Dampak Lingkungan, Rofi Alhanif , baru-baru ini berkunjung ke Surabaya. Mereka melintasi salah satu titik kritis aliran sungai di kota ini, Kali Tebu , yang menjadi lokasi prioritas dalam proyek.
Kunjungan itu diterima langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Dr. Ikhsan, S.Psi, MM , yang mengapresiasi kolaborasi ini. “Dengan peralatan yang sudah terpasang dan keterlibatan aktif masyarakat, penanganan sampah bisa lebih maksimal,” ujarnya.

Dari Limbah ke Peluang: Sirkular Ekonomi Jadi Jawaban
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Rofi menegaskan bahwa proyek ini hanyalah satu bagian dari upaya panjang membangun sistem ekonomi sirkular di Indonesia. “Masalah sungai bukan sekadar teknis. Ini juga mencakup budaya, kebijakan, dan cara kita memandang sampah. Kami ingin membangun ekosistem kolaboratif yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Sementara itu, CEO Clean Rivers Ltd, Deborah Backus , menyebut bahwa program ini sejalan dengan visi perusahaan mereka: mengubah sungai dari sumber masalah menjadi sumber harapan.
“Surabaya punya potensi besar menjadi contoh kota yang mampu menyelesaikan masalah plastik di sungai dengan pendekatan cerdas dan inklusif,” ujar Deborah.
Tantangan di Pusat Perkotaan
tumpang tindih kewenangan, kebiasaan membuang sampah sembarangan, hingga bangunan liar di bantaran sungai . Semua ini membuat pengelolaan sungai tidak pernah menjadi tugas yang mudah.
teknologi modern, partisipasi masyarakat, dan tata kelola yang kuat dalam satu sistem penanganan yang utuh.
Menuju Sungai yang Bisa Dinikmati Lagi
Proyek yang akan berlangsung selama tiga tahun ke depan ini diharapkan bisa menjadi model nasional , bahkan regional , dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas dan teknologi.
“Udara yang mengalir di sungai seharusnya membawa kehidupan, bukan limbah,” tutup Rofi, mengutip filosofi yang menjadi dasar kerja sama ini.