Kandangan – Emas Digital Pegadaian Suara nyaring ayam berkokok menandai awal obrolan santai wartawan Tribunnews dengan Ade Ayung Cahyani Pertiwi (27), nasabah milenial tabungan emas Pegadaian asal Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
“Selamat pagi Mas, sehat?,” sapa Ayung dengan nada lembut lewat sambungan telepon, Jumat, 19 September 2025 pagi.
Ayung terdengar antusias menceritakan pengalamannya selama 8 tahun menjadi nasabah setia tabungan emas di Pegadaian. Ia mulai tertarik berinvestasi emas tahun 2017. Kala itu, dirinya mencari informasi terkait tabungan emas lewat berselancar di dunia maya.
Sebagai calon nasabah yang bijak, ia menimbang-nimbang berbagai lembaga yang melayani tabungan emas, dan akhirnya jatuh hati ke Pegadaian.
“Memang memilih Pegadaian karena sudah percaya saja, terlebih Pegadaian kan milik pemerintah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dia punya kantor fisik dimana-mana,” katanya.
Baca Juga : Sebelum Berinvestasi, Ketahui Kelebihan dan Kekurangan dari Investasi Emas

Pengalaman pertama membuka tabungan emas di Pegadaian berkesan untuk Ayung. Dirinya mendatangi kantor Unit Pelayanan Cabang (UPC) Pegadaian Nusa Dua sepulang bekerja sebagai karyawati hotel.
Uang sebanyak Rp500.000 disetorkan sebagai saldo awal tabungan emas yang langsung terkonversi menjadi 1,27 gram emas.
Ayung sudah memiliki jadwal rutin setiap bulan dengan mengalokasikan dari gajinya khusus untuk menambah pundi-pundi emas di Pegadaian.
Sedangkan alasan terbesar Ayung memulai menabung emas karena ingin menjaga nilai asetnya. Ia menyadari, jika hanya menyimpan uang, nilainya akan tergerus inflasi. Berbeda dengan emas yang nilainya cenderung naik setiap tahun.
“Saya masih yakin, karena saat ini emas adalah aset dengan valuasi terbesar di seluruh dunia. Hampir sebagian besar institusi keuangan dunia menggunakan emas sebagai alat melawan inflasi. Menabung emas cocok untuk menjaga aset saya. Sehingga tidak bikin worry kalau sudah pensiun di hari tua nanti,” kata dia.
Investasi emas bukanlah barang yang baru. Cerita membeli emas lalu menyimpannya dalam jangka waktu tertentu untuk dijual kembali saat dibutuhkan, sudah ada sejak zaman kakek dan nenek Ayung.
Selama puluhan tahun, emas diperjualbelikan secara konvensional, baik dalam wujud perhiasan maupun kepingan, yang bertahan hingga sekarang.
Di saat bersamaan, pesatnya perkembangan teknologi sudah berdampak ke berbagai sendi kehidupan, tak terkecuali ekosistem investasi emas di Tanah Air.
Perubahan tersebut dijawab PT Pegadaian dengan meluncurkan Pegadaian Digital pada 2017, yang turut dinikmati Ayung.
Menurut Ayung, menabung emas secara digital memiliki segudang keuntungan. Dirinya tak perlu khawatir aset emasnya hilang, karena saldo berupa angka-angka sebagaimana menabung uang di bank.
















